web widgets

Kamis, September 30, 2010

Penghuni Rusun Tambora Resah


BERITAJAKARTA.COM — 18-01-2010 18:08 Para penghuni rumah susun (Rusun) Tambora yang terletak di RW 04, Angke, Tambora, Jakarta Barat belakangan ini resah. Hal itu dikarenakan kumuhnya lingkungan di sekitar rusun. Jika hal tersebut dibiarkan, penghuni khawatir akan terserang berbagai penyakit yang ditimbulkan dari lingkungan kumuh tersebut.

Oleh karena itu, warga meminta agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengevaluasi kinerja pengelola rusun yang dihuni sekitar 900 kepala keluarga (KK) itu. Pantauan beritajakarta.com menyebutkan, kekumuhan sangat tampak pada hampir setiap sudut penjuru rusun. Selain sampah yang terkesan dibiarkan, kekumuhan juga diperparah dengan adanya sebagian fasilitas rusun yang sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. “Kami berharap, pengelola rusun segera dievaluasi. Karena selama ini sepertinya pengelola tidak peduli dengan kondisi lingkungan rusun,” ujar salah seorang penghuni rusun yang tinggal di blok Tambora 4, yang tidak bersedia disebutkan namanya, Senin (18/1). Di lokasi Rusun, kata dia, saat ini terdapat 9 blok dengan besaran biaya sewa antara Rp 120 ribu hingga Rp 160 ribu per bulan. Uang sewa tersebut sudah termasuk biaya kebersihan, perawatan, serta keamanan rusun. Sedangkan untuk biaya listrik dan air PAM ditanggung oleh penghuni rusun. Selain sampah yang berserakan dan tidak berfungsinya hampir sebagian fasilitas rusun, kesan kumuh juga terlihat dari adanya bangunan tambahan pada rusun yang dijadikan ladang bisnis oknum pengelola dengan menyewakannya kepada para pedagang. “Sudah jadi rahasia umum kalau pengelola mencari sampingan dengan membuat bangunan tambahan di sejumlah lokasi rusun,” kata warga lainnya yang juga tidak bersedia disebutkan identitasnya.

Selain itu, kekumuhan juga semakin parah saat hujan mengguyur kawasan sekitar rusun. Pasalnya, sistem drainase yang terdapat di depan rusun yakni Jalan Angke Jaya tidak berfungsi dengan baik lantaran drainase sepanjang 400 meter itu ditutupi beton oleh warga serta terdapat sedikitnya 30 bangunan liar yang berdiri di atas lokasi drainase. Menanggapi hal itu, Lurah Angke, Djaharuddin, mengatakan, masalah kebersihan di dalam rusun merupakan tanggung jawab sepenuhnya pengelola, sedangkan bagian luar rusun, khususnya terkait lokasi drainase yang banyak terdapat bangunan liar di atasnya memang menjadi tanggung jawab pihak kelurahan.

“Keberadaan bangunan liar di atas saluran drainase memang akan kita tertibkan,” tegas Djaharuddin. Penertiban, kata Djaharuddin, sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2009 lalu. Bahkan, pihak kecamatan telah mengeluarkan surat peringatan terhadap pemilik bangunan liar untuk membongkar sendiri bangunannya. “Kami juga tidak mengerti kenapa penertiban belum juga dilakukan. Mungkin penertiban dilaksanakan tahun ini secara serempak dengan penertiban bangunan liar di Kali Item dan saluran penghubung di RW 11,” jelasnya. Kepala Rusunnawa DKI Jakarta, Mangatas TP mengakui bahwa rusun Tambora telah mengalami degradasi lingkungan. Hal itu, ujar dia, disebabkan, lemahnya pengelolaan yang dilakukan PD Sarana Jaya selaku rekanan Pemprov DKI Jakarta dalam mengelola rusun tersebut. “Tahun ini akan ada evaluasi. Kita akan benahi lingkungannya dengan mengajukan anggaran perawatan sebesar Rp 200 juta,” tandasnya.

Tidak ada komentar: